2.2 Analisis Perbezaan (Contrastive Analysis (CA)) Pada tahun 1950-an, Lado (1957) dan Fries (1945) menyatakan bahawa peranan bahasa ibunda merupakan

Similar documents
Walaubagaimanapun, ada beberapa kenyataan yang mengatakan bahawa perbezaan-perbezaan di antara dua bahasa bukan sebab utama hingga berlakunya kesilapa

PENSYARAH

ABSTRAK Analisis Fungsi dan Makna Verba Utsu dan Tataku dalam kalimat Bahasa Jepang Skripsi ini membahas tentang fungsi dan makna verba Utsu dan Tatak

metode deskriptif analisis dilakukan dengan cara mendeskripsikan fakta- fakta yang kemudian dianalisis. Berdasarkan penelitian kepustakaan yang telah

日本語の文における 変, おかしい, 変わる の類義語の分析 1. 序論 言語は地球上に住むすべての人が使用するコミュニケーションツー ルであり 様々な特性を持っている 言語の特徴の一つは 言語は普遍的 である 例として 言語には全ての単語において 類語あるいは類義語が ある Badudu(1987

S_C0551_060807_Abstract

Microsoft Word

様式第一(第一条関係)

Slide 1

-2-6. Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 18 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Energi dan Sumber Daya Minera

ABSTRAK

第4課

1. Nama Mata Kuliah : Bunpo 1 2. Kode Mata Kuliah : JEP. 3. Bobot Mata Kuliah : 2 SKS I. Identitas Mata Kuliah 4. Jenis Mata Kuliah : Mata Kuliah Bida

3. Penggunaan kata kerja tanpa subjek atau ganti nama diri Kata kerja bahasa Jepun biasanya digunakan tanpa subjek atau ganti nama diri terutama bila

S_C0551 _ _Abstract

Satuan Acara Perkuliahan

penelitian dengan cara menggumpulkan, meneliti data dari buku-buku referensi serta data sumber lainnya seperti buku pelajaran, novel, kamus dan hasil

BAHASA JEPUN 1 BBJ2401

Microsoft Word - PRELIMINIRIES.doc

Microsoft Word - Part 2

JAPANEDU, Vol. 1, No. 1, Juni 2016 A LEARNING MODEL WHICH USE POWER POINT TO DEVELOP JAPANESE BASIC GRAMMAR (Research On First Grade of Japanese Mayor

Microsoft Word - PERMOHONAN PERMIT MENGAJAR.doc

Strategi Terjemahan Bahasa Figuratif dalam Novel Bahasa Jepun ke Bahasa Melayu

Lesson 1 ぶんぽう・ごい

Nik Safiah.. Kato indeterminatemonumeral countermoadverbials quantifier-likeor focusparticles NPI Kato NPI NPI NPI NPI NPI NPI Kato NPI NPI NPI Kato N


ClassNK テクニカル インフォメーション No. TEC-0967 なお 本件に関してご不明な点は 以下の部署にお問い合わせください [ 政府指示に関するお問合せ ] 一般財団法人日本海事協会 (ClassNK) 本部管理センター国際室住所 : 東京都千代田区紀尾井町 4-7( 郵便番号 10

JAPANEDU, Vol. 1, No. 1, April 2016 MODEL LISTEN READ DISCUSS (LRD) IN DOKKAI LEARNING ELIZA FAUZIA SHIRATH,, Departemen Pendidikan Bahasa Jepang Faku

Analisis Tingkat Pemahaman Mahasiswa terhadap Penggunaan Jodoushi ~Souda dan ~Rashii sebagai Denbun No Hyougen ABSTRAK Kania Srirahayu Penelit

ClassNK テクニカル インフォメーション No. TEC 書類提出先 Marine Department of Malaysia or なお 本件に関してご不明な点は 以下の部署にお問い合

MEMORIZING VOCABULARY LEARNING MODEL USING MATCHING GAME (Experimental Studies on Nihongo Kurabu s Students of SMAN 15 Bandung) ABSTRACT In the Japane

3. Verba shikaru digunakan untuk menunjukkan perasaan marah kepada seseorang untuk memperingatkan kesalahan yang dilakukan. 親は子供が悪さをするのをる (

JAPANEDU, Vol. 1, No. 1, April 2016 THE USE OF CHAINED STORY TECNIQUES WITH PICTURES AS THE MEDIA FOR JAPANESE SPEAKING SKILL EDUCATION Gati Intan Tam

JAPANEDU, Vol. 1, No. 1, April 2016 CORELATION BETWEEN READING SELECTIVE STRATEGIES WITH READING COMPREHENSION TEXT JAPANESE SKILL (Descriptive Method

江戸時代 に凧ができるだけ所有し 和紙の価格は非常に高 価なので 飛行機族が使用した Parade layang-layang Jepang diadakan setiap tanggal 5 Mei. がつ 5 5 日本の凧の祭りは 5 月 にち日に毎年開催 まいとしかいさいさ

BULLETIN No. PT.KITO-SM PT. KITO INDONESIA Service & Maintenance Lifting Expectations

8.1 TERJEMAHAN KAPSYEN KATA KERJA BJ KE SARI KATA BM Seksyen ini menjawab soalan kajian keempat dan kelima seperti berikut: Soalan kajian keempat adal

JAPANEDU, Vol. 1, No. 1, Juni 2016 AN ANALYSIS ON FOCUSING KATAKANA ENGLISH LOANWOARDS WRITING ERRORS OF JAPANESE STUDENT IN INDONESIA UNIVERSITY OF E

THE USE OF HANGMAN GUESSING WORD IN IMPROVING THE MASTER OF JAPANESE VOCABULARY (THE EXPERIMENTAL STUDIES OF 10 th GRADE STUDENTS AT SMA PGRI 1 BANDUN

REPRESENTASI KASIH SAYANG DAN KESETIAAN DALAM FILEM HACHIKO MONOGATARI TAN SWEE CHING DISERTASI DISERAHKAN SEBAGAI MEMENUHI SEBAHAGIAN DARIPADA KEPERL

江 戸 時 代 に 凧 ができるだけ 所 有 し 和 紙 の 価 格 は 非 常 に 高 価 なので 飛 行 機 族 が 使 用 した Parade layang-layang Jepang diadakan setiap tanggal 5 Mei. がつ 5 5 日 本 の


E. Uraian Materi Pert. Tujuan Perkuliahan Pokok Bahasan dan Sub-Pokok Bahasan Sumber 1 Mahasiswa memahami Silabus MK Jitsuyou Kaiwa I dan aturan perku

Microsoft Word - 01 Silabus S Bunpo I

要旨 アクバル アヤダナ 2014 年 KANINDO に翻訳されたケイオンアニメ映画の敬称訳 ブラウィジャヤ大学日本語学科 指導教員 :(I) ナディヤ インダ シャルタンティ (II) デウィ プスピタサリ キーワード : 敬称 翻訳 翻訳の方法 翻訳の手法 翻訳の等価 翻訳は比較文化を中心に実

Microsoft Word - 02 Silabus S Bunpo II

Untitled

スライド 1

は そこでの経験を本当に豊かにしてくれるでしょう 珍しい言語を学ぶ人や学術的な嗜好 がある人々にとっては インドネシア語は素晴らしい文学です 言語学的な理由インドネシア語はとても簡単です 学ぶことは貴重な経験で さらにインドネシア語の基本は数週間で学ぶことができます ここにその理由を述べます 時制が

v THE EFFECTIVENESS OF COOPERATIVE LEARNING INSIDE OUTSIDE CIRCLE (IOC) APPLICATION IN IMPROVING JAPANESE VOCABULARY (Experimental research toward Sec

Objek penelitian dalam skripsi ini adalah pos polisi di Indonesia (dalam hal ini penulis melakukan penelitian langsung pada beberapa pos polisi yang a

JAPANEDU, Vol. 1, No. 1, April 2016 Expression Patterns Learning Materials Model That Found In Stereopony s Japan Song Lyrics (Study Of Basic-Intermed

平成23年1月5日

Gambar 5.Cake Green Tea And Cheese Roll Gambar 6.Cake Triple Choco Roll Gambar 7.Cake Jungle Wild Roll Gambar 8.Cake Watermelon Roll

JAPANEDU, Vol. 1, No. 1, Juni 2016 THE ANALYSIS OF THE PRONOUNCIATION ERRORS TSU IN JAPANESE BY THE NATIVE INDONESIAN SPEAKER Rahmawati Eka Pratiwi, A

JAPANEDU, Vol. 1, No. 1, April 2016 USES OF BOOK MEDIA CHOUKAI GA YOWAI ANATA E TO IMPROVE CHOUKAI SKILLS (Quasi Experimental Method for Third Grade S

インドネシア言語と文化 Bahasa dan Budaya: Jurnal Himpunan Pengkaji Indonesia Seluruh Jepang 第 20 号 (2014 年 ) 目次 テーマ論文 インドネシア語会話の授業について (Pikirkan Kembali Kelas Pe

PEMBERITAUAN

<4D F736F F D B4B96F15F8B ED293AF88D38E968D DC58F49816A E646F6378>

7.1 PENGUKURAN VARIASI KATA KERJA BJ DAN BM Seksyen ini akan menjawab soalan kajian pertama iaitu: 1. Apakah pola variasi kata kerja dalam kapsyen bah

Anjuran Bilingual Mengapa bagus jika menguasai dua Bahasa? Bilingual adalah orang yang menguasai dua bahasa. Dibandingkan dengan monolingual yang hany

C. Sub Capaian Pembelajaran 1. Memahami dan menerapkan teknik membaca menurut teori model bottom up 2. Mampu memahami proses membaca dalam pembelajara

細田守作 時をかける少女 における 時 の分析 序論日本のことわざに 時は金なり という言葉がある 時 というものはお金と同様に貴重であるから 無駄に使わないでよく励まなければいけない ということである つまり 日本の社会における 時 は非常に価値があるものである 本論文は アニメ 時をかける少女

< 契約条項 /Agreements/Perjanjian> 借主の都合で本契約を 1 年未満で解約した時は損害金として敷金のうちより 1 か月分は返還しない If the renter cancels the contract within less than a year depending o

脱退一時金請求書 日本から出国される外国人のみなさまへ Indonesia 脱退一時金は 次のすべての条件に該当するときに請求することができます 国民年金 厚生年金保険又は共済組合の被保険者資格を喪失し 日本に住所を有しなくなった日 から 2 年以内に請求する必要があります 1 日本国籍を有していな

Didalam kelas きょうしつのなか <Barang-barang dalam kelas> こくばんこくばんけしチョークつくえいすまど ドアカレンダーちずしゃしんえごみばこ ほうき ホワイトボード かびんせんぷきエアコンコンピューター カーテンほんだなとけい 2

がっこういちにち学校の一日 げつようび きんようび 月曜日 ~ 金曜日 どようび にちようび 土曜日 ~ 日曜日 *3a-1 日本の学校は月曜日から金曜日までで 土曜日 日曜日はお休みです Hari sekolah di Jepang adalah hari Senin sampai hari Ju

2. RUMUSAN MASALAH 1. Jenis SK apa saja yang muncul dalam percakapan tingkatshokyuu dan chuukyuu? 2. Ungkapan apa saja yang digunakan pada SK dalam pe

序論 日本語には助詞という品詞があり 助詞は文中で語の働きを示す意味をもつため 助詞の使用が重要である 助詞は様々あり その一つには接続助詞がある Tomita Takayuki (1998:68) によると 接続助詞は文の節と節を接続する助詞で 主に用言に付く この研究は接続助詞としてテ形とシを解

03IndonesianScript

ABSTRAK Wijayanti, Annetta Hisokuonbin Verba Yodan ~ra dalam Kyōgenki Seihen. Program Studi Sastra Jepang, Universitas Brawijaya. Pembimbing :

"Miyazaki City" into the Google search box. Some of images revealed the city landscape, that Miyazaki was a modern and quiet city. A moment later, I t

1-1 環境省へのアンケート内容

Microsoft Word - cover.doc

そちらの靴のほうが少しおがこうございます sepatu itu sedikit lebih keren,.,.. 4.k.kerja-U ほど ~ ない = tidak se~/tidak sampai~ k.benda 彼は私ほど走るのが速くない dia larinya tidak secepat

インドネシアと米国の二国間貿易は増加を示した 2013 年にインドネシアと米国の二国間貿易は USD28 兆に到達するために前年比 4.89% の増加となりました 同じ年に インドネシアには 最大 USD9.7 兆の黒字を楽しんだ 特に非石油製品のため 米国へのインドネシアの輸出は 2013 年に

2. Rumusan Masalah 1. Jenis SK apa saja yang muncul dalam percakapan tingkatshokyuu dan chuukyuu? 2. Ungkapan apa saja yang digunakan pada SK dalam pe

.-zi b. Tugas Asesor penil,aian adalah memedksa kebenaran bukti-bukti atas kegiatan Tridharma semester gasal tahun akademik tr, termasuk releva

しょうがっこう いちねん いちがっき 1 学期 4 月 5 月 6 月 7 月 しぎょうしき始業式 UPACARA AWAL SEMESTER BARU *3b-3 まず 1 学期 1 学期は4 月から7 月までです 始業式です 学期の始まりの式です 校長先生のお話を聞いたり 新しいクラスの担任の先

Sarjani, Penelitian tentang persyaratan dan Kekhususan Kalimat Pasif dalam Bahasa Jepang dan Perbandingannya dalam Bahasa Indonesia kata ganti orang k

fenomena secara sistematis, factual, akurat terhadap data serta sifat dan hubungan fenomena yang diteliti. Teknik pengumpulan data yang digunakan yait

PERLEMBAGAAN

JAPANESE FOR NURSE

DICTATION METHOD FOR IMPROVING THE WRITING AND READING ABILITY OF HIRAGANA (Class X Students of SMA Negeri 14 Bandung School Year 2013/2014) Dita Sart

Microsoft Word - tsunami_Jepang-3.doc

ini pembahasan difokuskan pada tema, penokohan, dan alur. Dalam komik One Piece episode penyelamatan Ace ini menceritakan tentang kisah penyelamatan b

Institusi Komputer Kyoto

Manga OTHELLO karya Satomi Ikezawa banyak menandakan adanya pola interaksi sosial yang terjadi di dalam komunitas cosplay. Hal yang paling menonjol da

民話によると 口の中の波の宝玉を使って 竜は水を自由に操ることができる 神龍はドラゴンボールというアニメの不死身な竜である 神龍は鹿の角 鋭い牙 緑の皮 赤い瞳 手足に四つの指 蛇のような長い身体 ( 尻尾の長さは身体の四分の三位 ) 長い髯 長い口先 みかづきの形している鼻 緑の鬣を持っている 竜

newA5_cover_ind

Pengenalan: Tahniah atas pembelian Peranti Elektro-Terapi Siri Professional V2 (ETD). Panduan berikut menyediakan pengenalan kepada Elektroterapi dan

第 3 章語と語形 父は元経済企画庁長官でプロ野球パ リーグ会長などを歴任した という文があります 父 も は も 1 語ですが それでは 元経済企画庁長官 プロ野球パ リーグ会長 は 1 語でしょうか 何を語とするかは難しい問題です また ある学習者は二字漢語が多いのを知っていて 長い漢字のことば

JAPANEDU, Vol. 1, No. 1, Juni 2016 THE USE OF DIALECT KANSAI ON EPISODE 651 OF DETECTIVE CONAN Aulia Raversa, Ahmad Dahidi 1, Noviyanti Aneros 2 Depar

Maret 2017 No Website : 2 日イ比較文化考 Perbandingan budaya antara Indonesia Jepang 職場における日本人上司とインドネシア

ELSA LISTIAWATI ( )

つうやく通訳 PENERJEMAH かていほうもん こじんめんだん 家庭訪問 個人面談で にほんご はな 日本語がよく話せないとき つうやく き 通訳に来てもらえることがあります *4-2 まず通訳のことです 家庭訪問や個人面談 また そのほかの 子どもの教育のことについて 日本語があまりできなくて

Juli 2017 No Website : 2 日イ比較文化考 Perbandingan budaya antara Indonesia Jepang 職場における日本人上司とインドネシア人

こむにかし KOMUNIKASI I J PT. INDUSTRIAL SUPPORT SERVICES INDONESIA Desember 2018 No Website : 1 tel.

4. Tokoh-tokoh tamadun Islam 4.1. Ibnu Sina ( 1037M ) Latar Belakang Ibnu Sina WAJ3101 IBNU SINA yang lebih dikenali di Barat dengan nama Avicenna mem

Onimusha: Warlord, Onimusha 2: Samurai s Destiny, Onimusha 3: Demon Siege, Samurai Warriors dan Kessen 3 sebagai data penelitian. Teknik penelitian ya

Transcription:

BAB 2 SOROTAN KAJIAN LEPAS 2.0 Pengenalan Bab ini menyentuh mengenai kajian-kajian terdahulu yang telah dijalankan. Bahagian awal menjelaskan kajian lampau mengenai pemerolehan bahasa kedua. Bahagian ke-2 menerangkan kajian mengenai analisis perbezaan dalam pembelajaran dua bahasa dan kajian lampau mengenai analisis kesilapan di kalangan pelajar bahasa Jepun Indonesia (PBJI) dan pelajar bahasa Jepun Malaysia (PBJM). Bahgian akhir, bab ini adalah mengenai ketiga kata hubung bahasa Jepun, ~tekara, ~toki dan ~tara. 2.1 Pemerolehan Bahasa Kedua (Second Language Acquisition) Gass dan Selinker (2008), menyatakan bahawa kajian pemerolehan bahasa kedua adalah kajian mengenai bagaimana pelajar mempelajari dan membina sistem bahasa baru dengan pengalaman mereka yang terhad kepada bahasa tersebut. Secara ringkas, menurut Gass dan Selinker (2008, p. 7), pemerolehan bahasa kedua merujuk kepada teknik seseorang dalam mempelajari bahasa asing selepas mempelajari bahasa ibunda. Kenyataan ini hampir sama dengan kenyataan daripada beberapa penyelidik dalam pemerolehan bahasa kedua yang lebih cenderung menyelidik mengenai perkembangan kompetensi pelajar secara keseluruhan dalam kajian pemerolehan bahasa kedua (Ellis, 1997; Gregg, 1989). Oleh sebab itu, kajian pemerolehan bahasa kedua dapat membantu penyelidik untuk mengkaji proses pembelajaran pelajar. Ia juga dapat menggambarkan bagaimana bahasa kedua tersebut dipelajari dan diaplikasikan oleh pelajar. 16

2.2 Analisis Perbezaan (Contrastive Analysis (CA)) Pada tahun 1950-an, Lado (1957) dan Fries (1945) menyatakan bahawa peranan bahasa ibunda merupakan penghalang utama bagi pemerolehan bahasa kedua. Menurut Lado, dalam buku beliau Linguistic Across Cultures (1957), pelajar yang mempelajari bahasa kedua mempunyai kecenderungan untuk menggantikan bentuk dan makna bahasa ibunda juga budayanya kepada bentuk dan makna bahasa kedua juga budayanya. Kemudian, Fries (1957), dalam kata pendahuluan bagi buku Lado menyebutkan bahawa pembelajaran bahasa kedua merupakan perkara yang berbeza dengan pembelajaran bahasa ibunda. Masalah yang berlaku ketika mempelajari bahasa kedua bukan kerana bahasa kedua tersebut sukar, tetapi lebih disebabkan oleh kebiasaan pelajar ketika belajar bahasa ibunda. Berikutnya, hal ini diketahui sebagai teori asas hipotesis analisis perbezaan (CA). Gass dan Selinker (2008) menegaskan bahawa kenyataan Lado (1957) terhasil berasaskan kepada keperluan untuk membuat bahan-bahan pedagogi yang relevan pada masa itu. Hal ini disebabkan analisis perbezaan CA dilakukan untuk menambah baik bahan-bahan yang digunakan di dalam kelas bagi pengajaran dan pembelajaran bahasa. Gass dan Selinker memberikan takrifan CA seperti berikut: Contrastive analysis is a way of comparing languages in order to determine potential errors for the ultimate purpose of isolating what needs to be learned and what does not need to be learned in a second-language-learning situation. (Gass dan Selinker, 2008, p. 96) Gass dan Selinker (2008) juga menambahkan bahawa dua pandangan telah dibentuk berasaskan kerangka kerja hipotesis CA. Pandangan pertama, iaitu satu jangkaan pembelajaran dan kecemerlangan bahan-bahan pengajaran bahasa yang diperolehi daripada perbandingan dua bahasa adalah pandangan yang kukuh. Manakala pandangan mengenai analisis kesilapan yang yang dilakukan oleh pelajar dengan tujuan meramal dan menghurai tingkah laku pelajar terhadap perbezaan dan persamaan asas daripada 17

bahasa ibunda-bahasa kedua adalah pandangan yang agak lemah. Walaubagaimanapun, kajian-kajian menggunakan kaedah CA dapat memberikan gambaran mengenai perkembangan pengajaran dan model tingkah laku dalam pembelajaran bahasa kedua. 2.3 Kajian Analisis Kesilapan Gangguan 5 bahasa ibunda (cross linguistic influence), juga dikenali sebagai pemindahan bahasa (language transfer) (cth. Odlin, 1989; Ozeki, 2010; Shirahata, T, Wakabayashi, S, & Muranoi, H, 2010). Odlin (1989) menyebutkan bahawa pemindahan bahasa merupakan kesan daripada persamaan dan perbezaan di antara bahasa kedua dan bahasa asing lain yang telah dipelajari sebelumnya. Menurut Odlin, kesan yang berlaku disebabkan oleh penilaian atas kesamaan di antara bahasa ibunda mereka dan bahasa kedua oleh pelajar (Odlin, 1998, p. 27). Apabila antara bahasa ibunda dan bahasa kedua berkongsi beberapa persamaan dalam nahunya, maka pemindahan positif cenderung untuk berlaku. Contohnya, dalam bahasa Jepun dan Korea, yang mempunyai struktur ayat yang sama, iaitu SOP 6. Hal ini menyebabkan pemindahan positif kerap berlaku dalam kalangan dari kedua negara. Sebaliknya, bahasa ibunda pelajar berbeza daripada nahu bahasa kedua, ia boleh menyebabkan berlakunya pemindahan negatif. Sebagai contoh, pemindahan negatif yang berlaku ketika PBJI mengaplikasikan peraturan bahasa ibunda mereka ke dalam bahasa Jepun. Sebagaimana diketahui, kaedah tatabahasa antara bahasa Jepun dan bahasa Indonesia adalah berbeza. Salah satu perbezaan yang kentara ialah terdapat peraturan di dalam tatabahasa bahasa Jepun untuk mengubah bentuk perkataan seperti kata kerja, kata sifat dan kata nama mengikuti kala waktunya di dalam sesebuah ayat. Tetapi, peraturan untuk mengubah bentuk perkataan seperti kata kerja, kata sifat dan kata nama mengikut kala waktu tersebut tidak wujud di dalam tatabahasa bahasa Indonesia. Contoh dapat dilihat seperti pada jadual berikut: 5 Odlin (1989) menggunakan pengaruh sebagai istilah untuk gangguan. Terima kasih kepada Odlin bagi membawa kajian ini menjadi perhatian penulis. Pada kajian ini, perkataan gangguan adalah istilah yang digunakan untuk merujuk sebarang kes bagi transfer. Ini tidak bermaksud untuk menafikan kesahihan perbezaan di antara perkataan-perkataan tersebut. Ia adalah semata menunjukkan perbezaan tersebut tidak mempengaruhi teori yang digunakan. 6 SOP adalah penyingkatan daripada perkataan Subjek, Objek, dan Predikat. 18

Jadual 2.1. Perbezaan Perubahan Bentuk Kata Kerja Pada Bahasa Jepun dan Bahasa Indonesia Bahasa Bentuk positif kala kini dan akan datang Bentuk positif kala lampau Kata Kerja Bentuk negatif kala kini dan akan datang Bentuk negatif kala lampau Jepun tabe-masu tabe-mashita tabe-masen tabe-masendeshita Indonesia makan (sudah) makan (tidak) makan (telah tidak) makan Kajian ke atas pelajar asing dalam mempelajari bahasa Jepun sebagai bahasa kedua terus meningkat dan membuktikan terdapatnya pengaruh bahasa ibunda dalam pembelajaran bahasa Jepun tersebut. Beberapa kajian ke atas pelajar bahasa Jepun (PBJ) menunjukkan bahawa pelajar melakukan kesilapan tatabahasa dan kebanyakannya menyebabkan kesilapan dalam penggunaannya (Yoshikawa, 1997; Ichikawa, 1997, 2005). Ozeki (2010) menyebutkan terdapat dua jenis kesilapan yang dilakukan oleh PBJ. Pertama, kesilapan inter-lingual (inter-lingual error), iaitu kesilapan yang disebabkan oleh gangguan daripada bahasa ibunda kerana terdapat perbezaan di antara kedua bahasa. Kedua ialah kesilapan intra-lingual (intra-lingual error), iaitu kesilapan berlaku disebabkan oleh proses pengembangan (developmental process) 7 dan tiada kena mengena dengan pengaruh bahasa ibunda. Kajian Richards (1971), menunjukkan bahawa kesilapan berlaku disebabkan oleh kesilapan intra-lingual (intra-lingual error) dan kesilapan pengembangan (developmental error). Richards (1971), menjuruskan kajian beliau kepada beberapa jenis kesilapan dalam pembelajaran bahasa Inggeris sebagai bahasa kedua. Beliau mengatakan bahawa kesilapan intra-lingual (intra-lingual error) menggambarkan 7 Sebagaimana pemerhatian daripada Odlin (1989), ramai pengkaji telah memperdebatkan, pada hakikatnya kesilapan yang disebabkan oleh proses perkembangan yang telah ditemui pada pemerolehan bahasa ibunda dan bahasa kedua adalah lebih daripada yang dijangkakan. Sebagai contoh, kesilapan kala yang dilakukan oleh pelajar Inggeris pada ayat: * I play a new game last night atau * John book. 19

kecekapan pelajar pada ciri-ciri am daripada kaedah pembelajaran. Pelajar membuat generalisasi yang salah, mengaplikasikan kaedah-kaedah yang tidak lengkap dan gagal untuk memahami situasi daripada kaedah-kaedah bahasa kedua. Manakala kesilapan pengembangan (developmental errors) memberi gambaran bahawa pelajar mencuba untuk mengembangkan hipotesis mengenai bahasa kedua berasaskan pada pengalaman pelajar yang terhad. Seterusnya, Richard (1971) juga membincangkan tentang beberapa sebab kesilapan berlaku, iaitu: 1. Pelajar membuat struktur yang tidak tepat ke atas struktur bahasa kedua berdasarkan pengalaman bahasa ibunda mereka. [Over-generalization] 2. Pelajar tidak mengaplikasikan kaedah-kaedah penggunaan ke atas konteks ayat yang dibina. [Ignorance of rule restrictions] 3. Pelajar membuat ayat yang menyimpang daripada peraturan asal penggunaan. [Incomplete application of rules] 4. Pelajar mengembangkan pemahaman yang salah daripada perbezaan di dalam bahasa sasaran. [False concepts hypothesized] Berdasarkan kepada kajian yang telah dilakukan Richards (1971), mengenai terdapatnya kesilapan di dalam proses pengembangan (developmental error), banyak penyelidik bahasa mula memberi perhatian dan membuat kajian mengenai berlakunya kesilapan pada pelajar yang mempelajari bahasa kedua. Kajian-kajian analisis kesilapan ke atas pelajar bahasa Jepun menunjukkan bahawa antara kesilapan yang sering berlaku adalah ketika pelajar tidak dapat memahami erti sebenar daripada dua atau lebih sinonim 8 dan ketika mereka gagal untuk 8 Aramaki (2003) menyebutkan, pelajar bahasa Jepun membuat kesilapan untuk membezakan antara kuremasu (memberi) dan agemasu (memberi). Pelajar gagal untuk menentukan perkataan yang tepat di antara dua kata kerja tersebut apabila penerima manfaat pada sebuah ayat adalah seorang ahli keluarga. Sebagai contoh, penggunaan kata kerja pada ayat berikut adalah tidak tepat. Yamada san ga imouto ni ningyou o katteageta (Yamada membeli anak patung untuk adik saya). Bagi menghasilkan ayat yang gramatikal, kata kerja Ageta semestinya digantikan dengan kureta. Yamada san ga imouto ni ningyou o kattekureta (Yamada membeli anak patung untuk adik saya). 20

memahami perbezaan tatabahasa 9 di antara bahasa ibunda dan bahasa kedua ( Aramaki, 2003; Kuwahara, 2003; Hisano, 2003). Yoshikawa (1997) menyebutkan bahawa kesilapan yang dilakukan oleh pelajar bahasa Jepun adalah perkara yang halus/tidak ketara, seperti sebuah ayat yang kedengaran agak aneh ketika didengar atau dibaca oleh penutur natif Jepun. Berikut adalah contoh ayat yang dikemukakan oleh beliau yang dapat difahami maksudnya walaupun kurang tepat nahunya dalam penggunaan kata hubung, ~to (bila/ketika) dan ~te (dan) berikut. (13). Mado o akeru - to, Fujisan - o mi mashita. Tingkap partikel buka bila, gunung partikel melihat. < 窓を開けると, 富士山を見ました (?) > Ind : Begitu saya buka jendela, saya melihat gunung Fuji. Mal : Apabila saya buka tingkap, saya melihat gunung Fuji. (14). Mado o ake - te, Fujisan - ga mie mashita. Tingkap partikel buka dan, gunung partikel dapat terlihat. < 窓を開けて, 富士山が見えました (?) > Ind : Saya buka jendela, dan gunung Fuji dapat terlihat. Mal : Saya buka tingkap, dan gunung Fuji kelihatan. (Yoshikawa, 1997, p. 35) Ayat (13) dan (14) kedengaran hampir sama, tetapi agak tidak natural apabila didengar ataupun dibaca oleh penutur natif Jepun. Pada asasnya, kaedah penggunaan kata hubung ~to (jika, ketika) digunakan untuk menyambungkan ayat yang menunjukkan sebaik sahaja ayat pertama selesai, ayat kedua berlaku. Oleh itu, selepas kata hubung ~to (jika, ketika), semestinya diikuti oleh kata kerja yang mempunyai potensi (miemasu: dapat dilihat; kikoemasu: dapat didengar). Manakala kata hubung ~te 9 Kuwahara (2003), telah mengkaji pembelajaran kata hubung bahasa Jepun ~no dakara (kerana) dan ~kara (kerana) ke atas pelajar bahasa Jepun. Beliau mengatakan bahawa pelajar tidak mempunyai kefahaman yang cukup mengenai perbezaan ~no dakara (kerana) dan ~kara (kerana) yang menyebabkan kesilapan berlaku. 21

(dan) digunakan untuk menyambungkan ayat yang menunjukkan urutan daripada aksi/tindakan, sehingga kata kerja yang mengikuti kata hubung ~te (dan) adalah kata kerja yang menunjukkan aksi/tindakan. Berdasarkan kenyataan di atas, ayat (13) dan (14) boleh menjadi ayat tepat nahunya apabila kata hubung ~te pada ayat (13) digantikan dengan kata hubung ~to, manakala kata hubung ~to pada ayat (14) digantikan dengan kata hubung ~te. Ayat yang tepat menjadi: (13.a). Mado - o ake - te, Fujisan - o mi mashi - ta. Tingkap partikel buka bila, gunung partikel melihat. < 窓を開けて, 富士山を見ました ( ) > Ind : Saya buka jendela, dan saya melihat gunung Fuji. Mal : Saya buka tingkap, dan saya melihat gunung Fuji. (14.a). Mado - o akeru - to, Fujisan ga mie mashi - ta. Tingkap partikel buka dan, gunung partikel dapat terlihat. < 窓を開けると, 富士山が見えました ( ) > Ind : Ketika saya buka jendela, dan gunung Fuji dapat terlihat. Mal : Apabila saya buka tingkap, kelihatan gunung Fuji. (Yoshikawa, 1997, p. 35) Walaubagaimanapun, ayat (13) dan (14) di atas tidak boleh terus dianggap sebagai kesilapan kerana kedengaran agak aneh (tidak natural) ataupun tidak tepat dari nahunya. Hal ini disebabkan oleh perkara yang maksud ayat-ayat tersebut boleh difahami oleh penutur natif Jepun (Yoshikawa, 1997). Ozeki (2010), di dalam bukunya memberikan contoh ayat yang tidak natural yang dikemukakan oleh Pawley dan Syder (1983). Ayat, I want to marry you, dianggap sebagai ungkapan yang natural. Ayat tersebut sudah tentu dapat dinyatakan dengan cara lain, seperti, I want a marriage with you, atau it is my wish that I become 22

married to you. Jika dilihat dari segi nahunya, ayat-ayat tersebut adalah betul dan makna daripada ayat tersebut juga dapat difahami. Walaubagaimanapun, ungkapanungkapan ini jarang digunakan dan kedengaran agak janggal bagi penutur natif Inggeris. Berdasarkan kepada kenyataan di atas, dapat dirumuskan bahawa kesilapan yang dilakukan oleh pelajar ketika menggunakan bahasa kedua mungkin menyebabkan nuansa atau pun makna yang berbeza bagi penutur natif bahasa tersebut (Ichikawa, 1997; Iori dan Nakanishi, 2000) dan boleh mengganggu proses komunikasi yang lancar. Yoshikawa (1997) menyebutkan bahawa kesilapan ketika menggunakan bahasa kedua pada pelajar disebabkan oleh: 1. Gangguan bahasa ibunda. Beliau menyebutkan bahawa sebutan yang pelik yang dihasilkan oleh pelajar adalah disebabkan oleh gangguan, tetapi kesilapan nahu yang dihasilkan oleh pelajar tidak boleh dirumuskan kerana gangguan semata-mata. Ini adalah kerana kesilapan-kesilapan dalam tatabahasa turut boleh berlaku disebabkan teknik pengajaran yang tidak sempurna. 2. Gangguan daripada bahasa asing lain yang dipelajari sebelumnya. 3. Pengaruh daripada nahu bahasa Jepun itu yang telah dipelajari sebelumnya. 4. Pemahaman yang tidak sempurna. 5. Penjelasan yang tidak lengkap. 6. Terlebih fikir. Menurut Yoshikawa (1997), antara halangan utama bagi pelajar dalam mempelajari bahasa Jepun adalah gangguan daripada bahasa ibunda, dan daripada bahasa asing lain yang telah dipelajari sebelumnya, ataupun kekeliruan dalam memahami tatabahasa bahasa Jepun itu sendiri. Oleh itu, beliau mengesyorkan kajian perbandingan di antara bahasa ibunda dan bahasa kedua bagi pengesahan ciri-ciri daripada bahasa kedua yang tidak ada pada bahasa ibunda. 23

Seterusnya, Ishiwata dan Takada (2001) mengemukakan bahawa kajian analisis kesilapan merupakan satu pendekatan untuk menentukan fenomena gangguan dalam pembelajaran dan untuk mengenal pasti kesilapan yang dilakukan oleh pelajar yang mempelajari bahasa kedua. Tambahan lagi, sampel data yang dikumpulkan daripada kesilapan-kesilapan yang dilakukan oleh pelajar akan membantu dalam mengkaji kesilapan yang berlaku ketika mempelajari bahasa kedua tersebut. Kenyataan daripada Ishiwata dan Takada (2001) tersebut bersesuaian dengan kenyataan daripada Corder (1981) yang mengemukakan idea, iaitu memberi tumpuan kepada pelajar itu sendiri untuk memerhati bagaimana kecekapan pelajar tersebut dalam mempelajari bahasa kedua. Sementara itu, Ichikawa (2005) menyebutkan bahawa pelajar tidak akan berpuas hati apabila pengajar hanya memberi tumpuan kepada tatabahasa sahaja ketika mengajar di dalam kelas. Menurut beliau, perkara penting yang harus dilakukan sebagai pengajar adalah untuk berfikir lebih jauh dan mencari kaedah bagaimana untuk membuat frasa ataupun ayat yang jelas dengan kondisi yang bersesuaian dengan konteks yang sesuai untuk digunakan di dalam kelas. Dengan lain perkataan, pengajar semestinya dapat menunjukkan contoh yang kukuh yang berhampiran dengan realiti sebenar dan pada masa yang sama dapat memberi gambaran jelas kepada pelajar mengenai struktur tatabahasa yang tepat. Oleh itu, kajian analisis kesilapan adalah salah satu cara untuk menerokai pemahaman pelajar dalam mengaplikasikan bahasa kedua. Siasatan yang dilakukan ke atas kesilapan pelajar tersebut boleh menjadi maklum balas dan rujukan kepada pengajar mengenai permasalahan yang mungkin dihadapi pelajar ketika mempelajari bahasa kedua. Seterusnya, pembetulan dan penambahbaikan teknik pengajaran secara berterusan dapat dilakukan bagi penambahbaikan pengajaran di masa hadapan. 24

2.3.1 Analisis Kesilapan pada PBJI Kajian-kajian mengenai pengajaran bahasa Jepun ke atas pelajar Indonesia yang mempelajari bahasa Jepun telah banyak dilakukan. Contohnya, Najoan (2009), melakukan kajian eksperimen tentang pengajaran aksen bahasa Jepun ke atas pelajar Indonesia menyatakan bahawa aksen mendatar bahasa Jepun mudah untuk dipelajari. Manakala Saparina (2009), dalam kajian inovasi pengajaran kaiwa (perbualan) tahap asas mengatakan bahawa pengajaran kaiwa (perbualan) dengan menggunakan teknik komunikatif terbukti dapat meningkatkan kecekapan komunikasi pelajar. Walaubagaimanapun, kajian analisis ke atas kesilapan pelajar Indonesia yang belajar bahasa Jepun masih sedikit dijumpai. Hama (2005) dalam kajiannya, menganalisis kesilapan yang dilakukan pelajar Indonesia yang belajar bahasa Jepun melalui penulisan pelajar-pelajar tersebut. Beliau merumuskan bahawa kesilapan yang berlaku bukan sahaja disebabkan oleh gangguan bahasa ibunda, dan juga disebabkan oleh teknik pengajaran yang disampaikan oleh guru. Beliau juga menegaskan bagaimana teknik pengajaran dapat memberi kesan pada pemerolehan bahasa Jepun pada pelajar Indonesia. Aramaki (2003), turut menyokong pendapat Hama (2005) yang menyatakan bahawa teknik pengajaran boleh menjejaskan pemerolehan bahasa Jepun. Di dalam kajiannya, Aramaki menguji kecekapan pelajar bahasa Jepun dalam membuat ayat dengan menggunakan frasa bahasa Jepun, iaitu frasa ~agemasu (memberi) dan ~moraimasu (menerima) dalam situasi yang telah dirancang. Hasil daripada kajian beliau menunjukkan kurangnya amalan pelajar untuk menggunakan frasa memberi dan menerima menyebabkan berlakunya kesilapan ketika mengaplikasikan frasa tersebut. Pada kajiannya, Aramaki (2005), mencadangkan kepentingan membuat latihan yang mudah difahami oleh pelajar dengan situasi yang sebenar ketika mengajar bahasa Jepun. 25

Risda (2009), menyatakan kesilapan yang dilakukan oleh PBJI ketika menggunakan bentuk pasif bahasa Jepun di antaranya adalah disebabkan oleh pengalaman terdahulu mereka dalam mempelajari bahasa Jepun. Selain itu, pelajar juga cenderung menukarkan ayat pasif dalam bahasa ibunda kepada ayat aktif dalam bahasa Jepun. Kajian-kajian di atas menjelaskan beberapa punca kesilapan yang dilakukan oleh PBJI ketika menggunakan bahasa Jepun dan hasilnya menunjukkan bahawa bahasa ibunda boleh memberi kesan kepada pemerolehan bahasa Jepun. Kesilapan juga boleh berlaku disebabkan oleh teknik pengajaran yang kurang tepat, kurangnya amalanamalan pelajar dalam menggunakan bahasa Jepun dan kesan daripada pengalaman pembelajaran bahasa Jepun yang sebelumnya. 2.3.2 Analisis Kesilapan pada PBJM Kajian analisis kesilapan mengenai pembelajaran bahasa Jepun ke atas PBJM diketahui masih sedikit dilakukan. Antara kajian analisis kesilapan ke atas PBJM ialah kajian yang telah dilakukan oleh Zoraida Mustafa (2007), dengan menggunakan rangka kerja Ichikawa (1997). Zoraida Mustafa (2007), mengkaji kesilapan-kesilapan yang dilakukan pelajar Malaysia melalui karangan bahasa Jepun mereka. Dapatan kajian telah mengenal pasti jenis-jenis kesilapan yang dilakukan oleh PBJM. Antaranya ialah kesilapan penggunaan partikel, penggunaan kata hubung, ayat bersyarat. Salah satu kategori kesilapan yang didapati yang dilakukan oleh pelajar ialah kesilapan pada penggunaan kata hubung. Beliau menyatakan bahawa punca-punca kesilapan ini berlaku disebabkan oleh kefahaman yang kurang sempurna mengenai bahasa kedua dan juga hasil daripada gangguan bahasa ibunda. Manakala dalam kajian Roswita, A. Rashid (2002) yang menyentuh mengenai ayat bersyarat, beliau menyatakan bahawa PBJM tidak mengaplikasikan kata hubung 26

bersyarat bahasa Jepun, ~tara, ~nara, ~to dan ~ba, dengan tepat sehingga menyebabkan berlakunya kesilapan. Kesilapan yang dilakukan oleh pelajar tersebut menunjukkan bahawa mereka mempunyai kecenderungan untuk menterjemahkan kata hubung ~tara, ~nara, ~to dan ~ba, kepada kata hubung ~jika dalam bahasa Melayu. Walaupun demikian, dapatan kajian beliau menunjukkan bahawa sebahagian besar kesilapan yang berlaku bukan disebabkan oleh gangguan daripada bahasa ibunda, tetapi disebabkan oleh kefahaman mengenai frasa dan penggunaan kata hubung bersyarat, ~tara, ~nara, ~to dan ~ba yang lemah. Beliau turut menimbangkan bahawa gangguan bahasa ibunda boleh memberi kesan kepada pemerolehan bahasa Jepun PBJM. Tetapi, beliau menegaskan bahawa kesilapan yang berlaku disebabkan oleh gangguan bahasa ibunda tersebut terjadi kerana kefahaman pelajar terhadap aturan penggunaan yang tepat mengenai nahu bahasa yang dipelajari lemah. 2.4 Kajian ke atas ~tekara, ~toki dan ~tara Pada asasnya, aturan penggunaan kata hubung ~tekara (selepas), ~toki (ketika) dan ~tara (jika) dalam bahasa Jepun tidak sama dengan aturan penggunaan kata hubung selepas, ketika dan jika dalam bahasa Indonesia dan bahasa Melayu. Ada syaratsyarat penggunaan tertentu pada ~tekara (selepas), ~toki (ketika) dan ~tara (jika) yang harus diikuti untuk menghasilkan ayat yang tepat, manakala selepas, ketika dan jika dalam bahasa Indonesia dan bahasa Melayu dapat digunakan dalam pelbagai perkataan dengan pelbagai kondisi. Jadual 2.2 berikut menunjukkan makna dan peraturan penggunaan ~tekara (selepas), ~toki (ketika) dan ~tara (jika). 27

Jadual 2.2. Makna dan Kaedah Penggunaan ~tekara (selepas), ~toki (ketika) dan ~tara (jika). No Kata Hubun g Makna 1 ~tekara 1. Setelah/selepas: untuk menegaskan bahawa aksi/perbuatan pada ayat pertama perlu dilakukan terlebih dahulu, kemudiannya aksi/perbuatan pada ayat seterusnya akan dijalankan. 2. Sejak/semenjak: sebagai satu titik permulaan dari perubahan atau pun lanjutan sesuatu perkara. 2 ~toki Ketika: untuk menyambungkan dua ayat yang menunjukkan tempoh semasa apabila keadaan atau tindakan pada ayat pertama berlaku. 3 ~tara 1. Jika/Bila: menunjukkan danaian bahawa jika perkara pada ayat pertama berlaku, maka perkara pada ayat kedua akan wujud/dilakukan. 2. Selepas: melakukan aksi/tindakan pada ayat kedua apabila aksi ataupun kondisi daripada ayat pertama wujud dilakukan. 3. Ketika: semasa perkara pada ayat pertama sedang/telah berlaku, menjumpai perkara pada ayat kedua yang ianya tidak dijangkakan sebelumnya. Kaedah Pengunaan - Tidak digunakan bagi perhubungan masa yang jelas. Contoh: Doa o aketekara, soto ni demasu.* (Selepas saya buka pintu, saya keluar) - Ayat pertama dan ayat kedua adalah ayat yang menunjukkan aksi/tindakan, bukan kondisi. Contoh: Minna ga kaettekara, gomi ga ippai datta.* (Selepas semua orang pergi, bilik dipenuhi dengan sampah). Ayat tersebut menggambarkan kondisi bilik yang bersepah dipenuhi dengan sampah selepas orangorang yang berada di dalam bilik itu sebelumnya telah pergi keluar. - Ayat setelah ~tekara adalah ayat yang menunjukkan perubahan atau pun lanjutan daripada suatu kondisi. Contoh: Tabako o yametekara, taijuu ga kyuu ni fueta. (Sejak saya berhenti merokok, berat badan saya bertambah serta merta). - (Vta-toki) kata kerja sebelum ~toki dalam bentuk kala lampau yang menunjukkan aksi ataupun kondisi pada ayat sebelum ~toki telah dilakukan/terjadi. Contoh: Nihon e kitatoki, jisho o katta. (Ketika saya pergi ke Jepun, saya membeli sebuah kamus). - (Vru-toki) kata kerja sebelum ~toki dalam bentuk kala kini/akan datang yang menunjukkan aksi ataupun kondisi pada ayat sebelum ~toki belum dilakukan/terjadi. Contoh: Nihon e ikutoki, jisho o katta. (Ketika saya akan pergi ke Jepun, saya membeli sebuah kamus). - Menggambarkan kehendak, buah pemikiran daripada subjek yang menunjukkan persyaratan bagi ayat berikutnya. Tetapi, ayat selepas ~tara tidak semestinya berlaku. Contoh: Ame ga futtara, ikimasen. (Jika hujan, saya tidak pergi). - Menyatakan kehendak, fikiran, pendapat atau nasihat penutur. Contoh: Gohan o tabetara, te o arattekudasai. (Sila basuh tangan selepas makan nasi). - Menekankan pada perkara yang tidak dijangkakan, dan memeranjatkan penutur. - Ayat selepas ~tara, mesti dalam bentuk kala lampau. Contoh: Kaban o aketara, kyoukasho ga nakatta. (Ketika saya buka beg, buku teks tidak ada di dalamnya). Sumber: (Tomomatsu, E., Miyamoto, J., & Wakuri, M., 2007), Donna Toki Dou Tsukau Nihongo Hyougen Bunkei Jiten [Kamus Bagaimana dan Bila untuk Menggunakan Frasa bahasa Jepun]. (Nagoya YWCA, 2004), Wakatte Tsukaeru Nihongo [Memahami dan Menggunakan bahasa Jepun]. (Ichikawa, 2005), Shokyuu nihongo bunpou to oshiekata no pointo [ Asas nahu Bahasa Jepun dan Tips Pengajaran Bahasa Jepun]. Dari aspek lain, dalam beberapa situasi, ~tekara dan ~tara boleh saling menggantikan antara satu sama lain, tetapi ia akan menghasilkan nuansa yang berbeza (cth. Ichikawa, 1997, 2005; Iori & Takanashi, 2000). Iori dan Takanashi (2000) 28

menyatakan jika terdapat perkaitan yang jelas antara kes pada ayat pertama dan ayat yang berikutnya, seperti kaitan ayat kedua sebagai perkara lanjutan daripada ayat pertama, ~tekara dan ~tara dapat digunakan. Berikut adalah contoh ayat yang diberikan oleh Iori dan Takanashi (2000), yang menunjukkan aturan penggunaan ~tekara dan ~tara. Ayat (15) menunjukkan pengunaan ~tara yang menggambarkan hubungan sebab dan akibat. Tetapi, apabila ~tara digantikan dengan ~tekara pada contoh ayat (16), maksud hubungan sebab dan akibat dalam ayat (15) akan hilang dan berubah menjadi ayat yang menunjukkan urutan peristiwa. (15). Botan- o oshi - tara, kippu ga deteki-ta. Butang - partikel tekan - jika, tiket - partikel keluar-lampau. < ボタンを押したら, 切符が出てきた > Ind : Jika (kamu) tekan tombol, tiket akan keluar. Mal : Tiket akan keluar, apabila anda tekan butang. (16). Botan o oshi - tekara, kippu ga deteki-ta. Butang - partikel tekan - selepas, tiket - partikel keluar-lampau. < ボタンを押してから, 切符が出てきた > Ind : Setelah kamu tekan tombol, tiket akan keluar. Mal : Tiket akan keluar, selepas anda tekan butang. (Iori dan Takanashi, 2000, p. 203~204) Seterusnya, Ichikawa (1997), mengkategorikan kesilapan-kesilapan yang dilakukan oleh pelajar bahasa Jepun kepada: 1. Kesilapan atribut, iaitu kesilapan pada klausa bawahan (bentuk petikan, klausa kata benda, klausa rasional, klausa masa, klausa bersyarat, klausa adversative, klausa objek) dan partikel. 2. Kesilapan predikat, iaitu kesilapan pada kata kerja, voice, kala-aspek, dan modal. 29

Tambahan lagi, pada dapatan kajian Ichikawa (1997), terutamanya kajian pada ~tekara, ~toki dan ~tara menunjukkan bahawa pelajar bahasa Jepun lazimnya mudah keliru ketika menggunakan ~tekara, ~toki dan ~tara. Terdapat kes di mana pelajar menggunakan ~toki ketika mana ~tara lebih sesuai, dan menggunakan ~tekara ketika ~tara lebih sesuai. Ayat (17) berikut adalah contoh kesilapan ayat yang dilakukan oleh pelajar ketika menggunakan ~tekara. (17). Gohan - o tabe -tekara, jibun - de katazuke - te - kudasai. Nasi - partikel makan - selepas, diri sendiri - partikel bersih tolong. < ご飯を食べてから, 自分で片付けてください (?)> Ind : Setelah makan, tolong bersihkan. Mal : Sila kemaskan sendiri, selepas makan nasi. (Ichikawa, 2005, p. 393) Ichikawa berpendapat bahawa penggunaan ~tekara dalam ayat (17) dapat diterima apabila ia menyentuh mengenai masa. Tetapi, apabila aksi/tindakan makan nasi diambil sebagai satu kenyataan bersyarat daripada kemaskan, maka penggunaan ~tara adalah lebih tepat. Ayat tersebut menjadi: (17.a). Gohan o tabe- tara, jibun - de katazuke - te - kudasai. Nasi - partikel makan - selepas, diri sendiri - partikel bersih tolong. < ご飯を食べたら, 自分で片付けてください ( )> Ind : Jika telah selesai makan, tolong bersihkan. Mal : Apabila telah selesai makan, sila kemaskan sendiri. (Ichikawa, 2005, p. 393) Seterusnya, Ichikawa (2005) juga mengemukakan contoh ayat penggunaan ~toki yang dihasilkan oleh pelajar. 30

(18). Tegami o kai ta - toki, yuubinkyoku - de dashimasu. Surat partikel tulis - ketika, pejabat pos - partikel menghantar. < 手紙を書いたとき, 郵便局で出します ( ) > Ind : Ketika surat telah selesai ditulis, saya mengirimkannya melalui kantor pos. Mal: Pada masa surat telah siap ditulis, saya menghantarkannya ke pejabat pos. (Ichikawa, 2005, p. 399) Kata hubung ~toki pada ayat (18) di atas berfungsi untuk menghubungkan ayat tegami o kakimasu (menulis surat) dan ayat yuubinkyoku de dashimasu (menghantar ke pejabat pos). Walaubagaimanapun, pada asasnya, ~toki digunakan untuk menunjukkan titik masa, iaitu pada ketika aksi/tindakan akan dilakukan, sedang dilakukan atau telah dilakukan. Tetapi, ayat (18) menggambarkan adanya penangguhan masa antara tegami o kakimasu (menulis surat) dan ayat yuubinkyoku de dashimasu (menghantar ke pejabat pos). Oleh itu, penggunaan ~toki adalah kurang tepat pada ayat (18). Kata hubung ~toki seharusnya digantikan dengan ~tara, sehingga ayat tersebut berubah menjadi ayat yang menggambarkan persyaratan (Ichikawa: 2005). Lazimnya penutur natif bahasa Jepun akan menulis ayat tersebut menjadi: (18.a). Tegami o kai tara, yuubinkyoku- de dashimasu. Surat partikel tulis - ketika, pejabat pos - partikel menghantar. < 手紙を書いたら, 郵便局で出します ( ) > Ind : Ketika surat telah selesai ditulis, mengirimkannya melalui kantor pos. Mal : Ketika surat telah ditulis, saya menghantarkannya melalui pejabat pos. (Ichikawa, 2005, p.399) Seterusnya, Ichikawa (1997) juga menyatakan, selain keliru untuk membezakan dengan baik kata hubung ~tekara, ~toki dan ~tara, pelajar bahasa Jepun juga membuat kesilapan dalam hal kala/aspek, partikel, dan atribut pada ayat-ayat tertentu ketika menggunakan ~tekara, ~toki dan ~tara. 31

Berdasarkan kenyataan-kenyataan di atas, dapat diketahui bahawa terdapat beberapa ciri maksud dan penggunaan ~tekara, ~toki dan ~tara yang berbeza dengan bahasa ibunda PBJI dan PBJM. Walaupun penggunaan ~tekara dan ~tara pada ayat (15) dan (16) boleh digunakan, tetapi penggunaan ~tekara kedengaran agak aneh bagi penutur natif bahasa Jepun. Hal ini disebabkan ~tara adalah penghubung ayat yang natural bagi penutur natif untuk ayat (16). Begitu juga dengan penggunaan ~toki pada ayat (18) yang diketahui tidak tepat kerana ~tara adalah kata hubung yang natural. Walaupun pada beberapa situasi ayat ~toki dan ~tara boleh saling menggantikan, tetapi, keduanya masih mempunyai nuansa yang berbeza. Manakala penggunaan selepas, ketika dan jika pada ayat (15), (16), (17) dan (18) adalah perkara yang lazim dalam bahasa Indonesia dan bahasa Melayu dan tidak mempunyai peraturan yang khusus. 32